ss

Selamat Datang Di BLog Raihan

Jumat, 27 Juli 2012

The Chronicles Of Narnia,Prince Caspian

Pangeran Caspian (Caspian ke-10) tinggal bersama pamannya, seorang Lord Protector Narnia, Miraz dan istrinya yang berambut merah, Prunaprismia. Mereka Adalah Bangsa Telmar, yang datang dari Sungai Telmar dekat Shudering Wood. Mereka (Caspian I; Caspian si Penakluk) menaklukkan Narnia, berperang melawan hewan-hewan berbicara, menidurkan peri-peri, dan mengusir penduduk asli Narnia lama dan membangun Narnia baru yang tanpa keajaiban, lebih seperti dunia kita yang membosankan, penuh dengan sekolah-sekolah, penjara, anak-anak yang dipukul orang-tuanya, dan lain-lain.
Keturunannya yang kesembilan bernama Caspian IX. Ia memiliki putra yang ia beri nama Caspian X. Tetapi tahtanya direbut adiknya (Paman Caspian X) yang bernama Miraz. Ia dengan istrinya yang berambut merah, Prunaprismia membesarkan Caspian X dan melarang seruh anggota kerajaan dan rakyatnya mendengungkan Narnia Lama. Suatu hari Caspian (yang masih kecil) berbicara pada Miraz, betapa menyenangkannya Narnia Lama. Karena terkejut, dengan marah ia bertanya dari mana ia mengetahui hal itu, dengan polos Caspian berkata dari perawatnya, (yang ternyata adalah seorang Dwarf setengah manusia yang menyusup ke dalam istana) dan beberapa hari kemudian, perawat yang sangat disayanginya itu diusir tanpa diberi kesempatan untuk berpamitan dengan Caspian.
Namun setelah itu ada Dwarf penyusup lain. Ia seorang yang pintar dalam ilmu pengetahuan dan 'sedikit' sihir. Ia bernama Dr. Cornelius. Dengan penuh kerahasiaan ia dan Caspian pergi ke menara yang tinggi dan menyaksikan bintang Tarva dan Alambil yang bergantung di langit, dan memberitahunya bahwa Caspian harus segera melarikan diri ke Archenland berlindung dari ambisi Miraz untuk membunuhnya. Dengan kudanya, Destrier, ia pergi ke selatan dan bertemu dengan rakyat Narnia lama yang bersembunyi di sekitar Dancing Lawn. Ia mengatur siasat dan memutuskan untuk meniup Terompet Ajaib (milik Susan Pevensie, yang tertinggal di Narnia, ketika mereka berburu Rusa Putih di hari terakhir mereka di Narnia) dan menyedot kembali 4 anak Pevensie itu ke Narnia, tepatnya di Cair Paravel (yang kini telah menjadi reruntuhan).
Dari Cair Paravel, Peter, Susan, Edmund, dan Lucy juga Trumpkin si Dwarf berpetualang menuju Aslan's How (bukit Stone Table) dan menuju Caspian serta menolong nya merebut tahtanya dari Lord Protector Miraz. Dan dengan bantuan Aslan, Narnia yang lama dibangkitkan kembali, pohon-pohon berjalan, dewa-dewi bermunculan. Miraz pun terbunuh oleh anak buahnya sendiri, Lord Sopespian. Setelah petualangan mereka berakhir, Aslan berkata pada Peter dan Susan bahwa mereka berdua tak akan kembali ke Narnia karena mereka terlalu tua. Akhirnya dengan sebuah pintu yang dibuat di tengah padang, ke-empat anak-anak Pevensie kembali ke dunia mereka.

The Chronicles Of Narnia,The Silver Chair

Kursi Perak (The Silver Chair) adalah buku keempat yang dipublikasikan dari ketujuh seri buku "The Chronicles of Narnia". Secara kronologi, buku ini adalah buku yang keenam. Buku ini adalah satu dari dua buku Narnia, dimana anak-anak Pevensie tidak tampil sebagai tokoh utama (buku yang lain adalah "Keponakan Penyihir").
Ringkasan cerita Cerita ini dimulai dengan Eustace dan teman sekelasnya, Jill Pole, yang menghadapi masalah di sekolah mereka. Anak-anak yang bandel tidak mendapat teguran, sehingga mereka mempermainkan anak yang lebih lemah. Atas usul Eustace, mereka berdua meminta pertolongan Aslan agar terhindar dari anak-anak bandel itu, dan mereka akhirnya berhasil masuk ke dunia Narnia, tepatnya sampai di negeri Aslan. Sesampainya disana Jill menyombongkan diri dengan berdiri di ujung tebing. Eustace yang berusaha menariknya mundur, terjatuh dari tebing itu. Aslan muncul dan menyelamatkan mereka. Aslan menjelaskan kepada Jill yang sendirian (Eustace ditolong dengan ditiup Aslan ke negeri Narnia sewaktu terjatuh), bahwa ia dan Eustace mempunyai tugas untuk menyelamatkan Pangeran Rilian dari Narnia yang hilang beberapa tahun sebelumnya. Aslan memberitahu Jill bahwa tugasnya akan lebih berat karena kesalahannya yang menyebabkan Eustace jatuh. Aslan memberikan Jill empat tanda-tanda yang harus ia hafal untuk membimbing perjalanan mereka. Aslan lalu meniup Jill ke Narnia seperti yang dilakukannya kepada Eustace. Jill sampai di Narnia beberapa saat setelah Eustace sampai. Setiba mereka di Narnia, Eustace dan Jill sempat melihat Raja Caspian X (sahabat Eustace) yang sudah tua yang memulai perjalanan untuk mencari anaknya sekali lagi. Meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan sang Raja, Eustace bertemu dengan Trumpkin, dwarf yang dikenalinya yang mempersilakan mereka tinggal di Cair Paravel. Dari sana, dengan bantuan Glimfeather, seekor burung hantu, Eustace dan Jill bertemu dengan Parlemen burung-burung hantu yang berbicara. Eustace dan Jill mendapat informasi bahwa Pangeran Rilian hilang ketika mencari ular hijau yang membunuh ibunya dan ia akhirnya terjebak oleh trik sang penyihir. Untuk membimbing perjalanan kedua anak manusia itu, mereka meminta Puddleglum, seorang Marsh-wiggle, untuk membantu. Aslan tidak muncul lagi sampai pada akhir cerita. Namun tanda-tanda yang diberitahukannya kepada Jill menjadi pusat dalam cerita ini. Kepercayaan kepada Aslan yang ditunjukkan oleh Eustace, Jill, Puddleglum dan Pangeran Rilian adalah bagian yang terpenting dalam mengalahkan sang Lady Bergaun Hijau, yang berusaha menghancurkan kepercayaan mereka akan Narnia. Aslan diceritakan muncul dihadapan Raja Caspian dalam perjalanannya dan memerintahkan sang raja untuk kembali ke Narnia dan berjumpa dengan putranya. Setelah Caspian meninggal, ia membawa Eustace, Jill dan jasad Caspian ke negeri Aslan. Disana, Aslan dengan darah dari telapak kakinya, membangkitkan Caspian untuk tinggal di negeri Aslan. Pada akhirnya Aslan mengirim Eustace dan Jill kembali ke sekolah mereka dan membantu membalaskan perbuatan nakal dari anak-anak bandel dari sekolah tersebut. Caspian juga diijinkan Aslan untuk melihat sekilas bumi meskipun hanya lima menit.

The Chronicles Of Narnia,The Voyage Of The Dawn Treader

Edmund dan Lucy Pevensie, dikirim ke rumah saudara sepupu mereka yang nakal, Eustace Clarence Scrubb, untuk berlibur. Namun, tanpa disangka-sangka, mereka ditarik ke dalam dunia Narnia, melalui gambar sebuah kapal di tembok kamar menjadi hidup. Mereka bertiga jatuh ke lautan dan ditolong oleh awak-awak dari sebuah kapal yang bernama Dawn Treader.
Ketika mereka sudah ditolong, mereka disambut oleh Raja Caspian X, sahabat Edmund dan Lucy dalam petualangan mereka sebelumnya (diceritakan di buku “Pangeran Caspian”). Rupanya dalam tahun ketiga pemerintahannya, raja Caspian melakukan perjalanan dengan menggunakan kapal Dawn Treader untuk mencari tujuh orang Lord yang hilang. Para Lord itu adalah sahabat-sahabat ayah Caspian yang disingkirkan Raja Miraz, raja sebelum Caspian. Lucy dan Edmund sangat berbahagia karena bisa kembali ke Narnia, namun tidak demikian dengan Eustace yang tidak bersemangat dan bersikap menyebalkan. Raja Caspian didampingi oleh kaptennya, Lord Drinian, perwira kedua Rhince, awak-awak kapal dimana salah satunya bernama Rynelf dan sang tikus gagah berani, Reepicheep, dalam perjalanan untuk mencapai lautan timur. Sebelum menyelamatkan Lucy, Edmund dan Eustace, perjalanan Dawn Treader sudah melewati Galma, Terebinthia dan Seven Isles.
Pertama-tama mereka sampai di Lone Islands, yang masih termasuk wilayah kerajaan Narnia. Sangat disayangkan penduduk pulau tersebut sudah berubah jahat, karena mereka terlibat dalam penjual-belian budak. Caspian, Edmund, Lucy, Eustace dan Reepicheep diculik dan untuk dijual di pasar budak. Seorang pria membeli Caspian sebelum mereka sampai di pasar itu. Ternyata pria itu adalah Lord Bern, salah seorang Lord yang hilang itu. Lord Bern mengakui Caspian sebagai rajanya ketika Caspian memberitahukan identitasnya yang sebenarnya. Raja Caspian dibantu Lord Bern berhasil mengambil alih kembali kekuasaan di pulau itu dari Gubernur Gumpas yang tamak. Ia mengangkat Lord Bern sebagai penguasa baru disana dan memberinya gelar Duke Lone Islands. Setelah menguasai keadaan di istana gubernur, maka raja Caspian pergi ke pasar budak dan berhasil melepaskan teman-temannya. Di pulau kedua yang mereka kunjungi, Eustace meninggalkan kelompoknya untuk menghindari tugas. Dalam pelariannya dari tugas, ia sampai di lembah yang tidak dikenalinya dan menemukan sebuah gua. Dari dalam gua itu, seekor naga muncul dan mati tidak lama kemudian. Tiba-tiba turun hujan dan Eustace harus berlindung di dalam gua itu yang ternyata berisi harta karun. Dia menjadi tamak dan memenuhi kantungnya dengan emas dan perhiasan. Ia juga mengambil sebuah gelang dan memakaikannya diatas siku. Eustace lalu tertidur di gua itu. Ketika ia bangun, ia telah berubah menjadi seekor naga, dan gelang yang dipakainya sangat menyakiti lengannya yang telah menjadi besar.
Ketika teman seperjalanannya melihat Eustace, pertama-tama mereka tidak mengenalinya. Namun dengan bahasa isyarat akhirnya mereka mengetahui bahwa Eustace-lah naga itu. Raja Caspian mengenali gelang yang dipakai Eustace sebagai milik Lord Octesian. Mereka beranggapan Lord Octesian tidak pernah pergi hidup-hidup dari pulau itu. Dalam bentuk seekor naga, Eustace menjadi sadar atas kelakuan nakalnya yang sebelumnya. Ia berubah menjadi lebih baik dengan membantu kelompoknya dengan kemampuannya sebagai seekor naga. Suatu malam tiba-tiba Aslan muncul untuk mengunjungi Eustace. Aslan merubahnya kembali menjadi seorang anak laki-laki. Sebagai hasil pertemuannya dengan Aslan, Eustace kini menjadi anak yang jauh lebih baik. Setelah Dawn Treader diperbaiki, mereka meninggalkan Dragon Island, demikian mereka menamakan pulau itu, dan melanjutkan perjalanan mereka.
Setelah itu mereka sampai di Burnt Island dan terus sampai di Deathwater Island (dinamakan demikian atas usul dari Reepicheep karena disana ada sebuah kolam yang membuat sesuatu yang masuk ke dalamnya menjadi emas, demikian juga dengan Lord Restimar , salah seorang Lord yang dicari, masuk ke dalamnya karena ingin mandi). Setelah dari pulau itu, mereka singgah di The Duffers’ Island. Pulau itu dihuni oleh kaum Dufflepud yang dipimpin oleh Coriakin, seorang penyihir yang baik dan bintang yang sedang menjalankan hukuman.
Dalam perjalanan mereka, mereka juga melewati Pulau Kegelapan. Di pulau terakhir ini, mereka menemukan masalah besar, karena di pulau itu semua mimpi terburuk menjadi kenyataan. Disana mereka menemukan Lord Rhoop yang hidup dalam ketakutan karena telah tinggal di pulau itu cukup lama. Namun akhirnya mereka berhasil lolos dari pulau itu dengan panduan Aslan dalam bentuk seekor burung [albatros]].
Akhirnya mereka sampai di Pulau Ramandu, dimana mereka menemukan Lord Revilian, Lord Argoz dan Lord Mavramorn yang sedang tertidur karena sihir. Di pulau itu mereka bertemu dengan Ramandu seorang bintang tua yang beristirahat dan putrinya. Ramandu menjelaskan cara untuk membangunkan ketiga Lord tersebut adalah dengan berlayar ke Ujung Akhir Dunia dan meninggalkan salah satu awak kapal disana.
Kapal Dawn Treader meneruskan perjalanan ke daerah dimana kaum Manusia Laut tinggal. Disana air terasa manis, bukan asin seperti biasanya. Akhirnya kapal tidak bisa meneruskan perjalanan lebih jauh karena air menjadi terlalu dangkal. Raja Caspian memerintahkan untuk menurunkan perahu dan mengumumkan bahwa ia akan menuju Ujung Akhir Dunia bersama dengan Reepicheep. Para awak dan sahabat-sahabatnya tidak setuju dengan rencana itu, dengan alasan seorang raja tidak boleh meninggalkan rakyatnya. Raja Caspian memasuki kabinnya sambil marah-marah. Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan sang Raja dengan muka yang pucat dan mata yang berkaca-kaca. Ternyata, Aslan sudah menegurnya dan mengatakan hanya Reepicheep, Edmund, Lucy dan Eustace yang boleh melanjutkan perjalanan. Yang lain harus kembali ke Narnia.
Lucy, Edmund, Eustace dan Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan perahu melalui lautan bunga yang seperti karpet sampai ke daerah yang sudah terlalu dangkal bagi sebuah perahu. Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan sebuah perahu kulit kecil yang hanya bisa dipakai Reepicheep, dan Reepicheep sudah tidak akan pernah ditemui lagi di Narnia. Lucy, Edmund dan Eustace lalu berjalan di tempat dangkal dan menemukan seekor Domba yang menawarkan sarapan ikan bakar. Domba itu kemudian berubah menjadi Aslan yang memberitahu bahwa Lucy dan Edmund tidak akan kembali lagi ke Narnia. Mereka diminta untuk belajar tentang Aslan yang mempunyai nama lain di dunia mereka. Di bagian akhir diceritakan tentang Eustace yang sudah berubah menjadi anak baik, dan raja Caspian yang akhirnya menikahi putri Ramandu.

Jumat, 20 Juli 2012

The Chronicles of Narnia, The Lion, the Witch and the Wardrobe

Dimulai dengan secuil kisah Perang Dunia II yang memaksa keempat Pevensie bersaudara diungsikan ke rumah Profesor Kirke (Jim Broadbent). Keempat anak tersebut mulai dari yang tertua ialah Peter (William Moseley), Susan (Anna Popplewell), Edmund (Skandar Keynes), dan Lucy (Georgie Henley).
Ketika hari hujan, mereka bermain petak umpet, saat Peter hampir selesai menghitung (sampai 100 hitungan), Lucy yang terburu-buru mencari tempat persembunyian memasuki sebuah lemari. Setelah menyibakkan jubah-jubah yang tergantung di sana, Lucy mendapati dirinya tertusuk ranting pohon dan menginjak tanah bersalju, bukannya lantai lemari. Agak di kejauhan ia melihat sebuah tiang lampu dan kemudian bertemu dengan Pak Tumnus (James McAvoy), makhluk setengah manusia setengah kambing, yang menjelaskan bahwa kini ia berada di Narnia, negeri yang "selalu musim dingin tetapi tak pernah ada Natal" gara-gara ulah si Penyihir Putih, Jadis (Tilda Swinton).
Beberapa jam Lucy singgah di gua Pak Tumnus, namun anehnya, ketika ia kembali ke ruang kosong tadi, Peter baru saja selesai menghitung. Lucypun menceritakan pengalamannya yang tentu saja tidak mereka percayai.
Akhirnya, mereka berempat memasuki Lemari Ajaib itu dan bersama-sama sampai ke Narnia, menemukan bahwa cerita Lucy selama ini benar adanya. Sedihnya, mereka menemukan gua Pak Tumnus berantakan dan ada selebaran yang menjelaskan bahwa Pak Tumnus ditangkap oleh polisi si penyihir karena dianggap berkhianat dengan menolong Lucy.
Bertemulah mereka dengan Pak dan Bu Berang-berang (suara Ray Winstone dan Dawn French), yang menjelaskan apa yang tengah terjadi. Kedatangan mereka berempat, keturunan Adam dan Hawa, ternyata sudah diramalkan dalam sebuah syair kuno. Aslan (suara Liam Neeson), sang Singa penguasa tertinggi bumi Narnia, juga dikabarkan telah muncul kembali untuk menghadapi si penyihir.
Di tengah-tengah percakapan itu, Edmund diam-diam menyelinap ke luar, berniat menemui Penyihir Putih. Ketiga saudaranya, dengan pertolongan Pak dan Bu Berang-berang, pergi menemui Aslan, meminta pertolongan.
Edmund yang berharap akan kembali mendapat perlakuan baik dari Jadis justru diperlakukan secara buruk. Di dalam penjara istana Jadis, ia bertemu dengan Pak Tumnus yang kemudian ia lihat telah diubah menjadi batu oleh Jadis.
Mendengar Edmund ditawan, pasukan Aslan segara membebaskan Edmund dan membawanya kepada Aslan. Namun Jadis tidak dapat menerimanya. Ia menganggap bahwa Edmund seorang penghianat, dan semua penghianat adalah miliknya. Bila hal itu dilanggar maka dunia Narnia akan dijungkir balikkan. Hal ini menjadi dilema sebuah dilema. Bila Edmund diserahkan maka ramalan syair kuno mengenai empat anak manusia yang akan membebaskan Narnia tidak akan terjadi. Sebaliknya bila Edmund tidak diserahkan maka Narnia akan dijungkir balikkan.
Akhirnya setelah mengadakan perbicangan dengan Jadis disepakati bahwa Aslan akan menggantikan posisi Edmund. Hal ini tidak diketahui oleh siapapun termasuk oleh Susan dan Lucy yang mengikuti Aslan ketika ia menuju ke tempat Jadis. Di Stone Table, Aslan menyerahkan diri, ia diikat, digunduli surainya, lalu dibunuh oleh Jadis. Aslan, Sang Penguasa Narnia pun tewas seketika itu juga.

Bagi Anda yang telah terbuai keindahan dan kemegahan film Trilogi The Lord of The Ring (LOTR) kemungkinan besar Anda akan jenuh melihat film ini. Dan itulah yang saya rasakan.
Keajaiban dunia Narnia yang membuat segala sesuatu mungkin terjadi tidak dapat dibeberkan dengan indah oleh Andrew Adamson, sebagai sutradara film ini. Yang terjadi justru pemaparan serba tanggung yang hanya sekali tampil, walau tujuannya untuk membuat penonton selalu terperangah saat melihat sesuatu yang baru. Peristiwa berakhirnya musim dingin dan berubahnya patung penghuni Narnia jauh dari kesan indah dan mempesona. Peperangan pun hanya bagus dengan banyaknya jumlah dan macam mahluk dimasing-masing pihak, tapi terlalu sebentar untuk ukuran pasukan sebanyak itu. Simak bagaimana angkatan udara Peter yang justru tidak dihadapi oleh Naga yang dimiliki Jadis. Raksasa pengikut Jadis pun hanya bisa 'bercanda' saat pertempuran. Tidak ada peristiwa heriok yang ditunjukkan masing tokoh kecuali Edmund yang bertanding melawan Jadis. Seharusnya perangnya bisa lebih dahsyat dari yang ini.
Untuk keperluan 'keindahan' film, beberapa adegan cerita telah diubah oleh Andrew. Walaupun secara umum perubahan tersebut tidak mengurangi nilai utama dari film ini namun sayangnya perubahannya bersifat tanggung dan ada kalanya ikut menghilangkan pesan-pesan yang terdapat di buku.
Dialog cerdas antara Profesor Kirke dengan Peter dan Susan diubah menjadi lebih sederhana tetapi maknanya justru tidak terlalu dalam. Latar belakang masukkan keempat anak ke Narnia pun juga diubah dengan alasan merasa dikejar Ny Macready karena mereka habis memecahkan kaca jendela. Suatu bentuk pelarian dari tanggungjawab! Kenyataannya, di buku, mereka masuk ke lemari karena memang enggan bertemu Ny Macready yang saat itu membawa turis berkeliling rumah profesor Kirke.
Sosok Aslan-pun juga tidaklah semegah yang dilukiskan sebelumnya. Awalnya saya sempat terkecoh, mengira Aslan akan muncul saat terompet dibunyikan ketika Pevensi bersaudara dan Berang-berang tiba di tempat Aslan. Sedangkan penonton dibelakang saya justru menganggap macan tutul yang berseliweran (terkesan menyelinap) diantara pasukan Aslan ialah Aslannya. Namun, semua rasa penasaran tersebut sontak runtuh bahkan berubah jadi senyum kecut saat melihat Aslan yang muncul dalam kesederhanaan. Jauh sekali dari kesan perkasa yang coba diciptakan sejak semula.
Dalam hal ini mungkin Andrew hendak menggambarkan sosok Aslan sebagai pemimpin yang tidak menakutkan tapi tetap agung. Hanya saja, kesan agung justru tidak nampak, selain badannya yang kadang membesar. Auman Aslan dalam beberapa kali kesempatan juga tidak mampu membuat penonton bergetar, setidaknya musuh ketakutan.
Yang paling fatal ialah proses pengorbanan Aslan menuju ke Stone Table digambarkan secara ringkas dan kurang begitu berkesan. Setelah bangkit dari kematian seharusnya Aslan bercanda dulu dengan Susan dan Lucy yang begitu terpukul dengan kematiannya, namun tidak di film. Ia terlalu terburu-buru untuk membebaskan penghuni Narnia dibandingkan bermain-main dengan anak kecil. Selain itu, proses pengubahan patung kembali ke ujud semula juga dilakukan dengan cepat. Tidak ada gegap gembita kegembiraan para mahluk Narnia. Kegembiraan singa yang satunya saat melihat Aslan, dan juga kemarahan Raksasa yang ingin membunuh Jadis hilang dari pandangan mata.

Untungnya pesan moral yang ditekankan oleh Lewis melalui cerita Narnia tidak terleliminasi secara telak di filmnya. Beberapa nilai moral yang harus dimiliki oleh anak-anak tetap ditonjolkan dalam film ini. Simak bagaimana Lucy mengajak berjabat tangan Pak Tumnus walau ia sendiri tidak tahu apa artinya. Dan simak pula pertolongan Lucy dengan memberikan sapu tangannya saat melihat Pak Tumnus menangis. Nasihat Aslan untuk tidak mempersoalkan yang sudah terjadi saat mempertemukan Edmund dan saudara-saudaranya juga patut kita acungi jempol.
Sosok Lucy yang tampil lugu dan polos memang menarik untuk disimak. Tidak terlalu berlebihan rasanya bila Lucy dianggap penggambaran anak ideal yang diimpikan oleh semua orang tua di dunia ini. Lihatlah bagaimana ia memeluk Edmund ketika bertemu di Narnia untuk pertama kalinya dan ia pula yang pertama kali berteriak memanggil Edmund lalu memeluknya begitu tahu Edmund sudah dibebaskan. Padahal sebelumnya Edmund sering melukai hatinya. Walaupun tidak ada kata maaf tetapi perbuatannya melebihi dari sekedar kata maaf.
Sayangnya sosok Peter dan Susan tidak digambarkan sesuai dengan bukunya. Lewis tidak pernah menceritakan keinginan mereka untuk kembali ke rumah walaupun bahaya menghadang di depan. Sebaliknya di film Susan digambarkan sebagai sosok gadis yang enggan menghadapi masalah sedangkan Peter sebagai orang yang selalu ragu-ragu walau mereka semua telah diramalkan akan menjadi Raja dan Ratu Narnia. Tapi OK-lah lupakan pergeseran peran dan tangkaplah makna bahwa sosok Peter dan Susan sering kita temui atau bahkan kita sendiri mengalaminya.
Sedangkan Edmund, walaupun berperan sebagai pengkhianat namun keberanian dan kecerdikannya saat berperang melawan Jadis patut diacungi jempol. Pada dasarnya Edmund-pun juga memiliki sifat belas kasihan. Simak bagaimana ia berusaha menolong Pak Tumnus dan serigala yang berpihak kepada Aslan.